Pikirkanlah Sebelum Anda Bertindak Jangan Sampai Anda Menyesal Apa Yang Kamu Lakukan" "Kalau Kamu Cinta Jangan Pernah Menyerah Sebelum Janur Kuning Belum Melengkung" "Cinta Itu Memang Buta Karena Cinta Tidak Memandang Kaya, Dan Miskinnya" sebelum janur kuning melengkung siapapun bebas untuk mendapatkan nya emang bener kata pepatah " sepandai-pandainya tupai melompat pasti akan terjatuh" . setelah gue ketahuan dia langsung telpon gue dan kata apa yang keluar dari bibir manis dia sungguh sangat mengagetkan aku. "jahat" itulah kata pertama yang di lontarkan kepada gue Walaupun orang bilang ya sebelum janur kuning melengkung boleh, tapi nggak bisa seperti itu, karena dia statusnya pacaran. Urusan masalah putusnya Anya sama pacarnya ya itu urusan mereka,"kata Sule. Meski demikian Sule membebaskan netizen berkomentar terhadap bantahan Rizky Febian yang dituduh menjadi orang ketiga, bahkan mau netizen baper tidakakan luntur sebelum janur kuning melengkung opo koe ra kelingan, mbiyen mlaku bebarengan apa kamu tidak ingat dulu pernah jalan bersama ibarat langit karo rembulan tresnaku ra bakal ilang, sayang penyair atau pencipta lagunya melakukan permainan kata-kata serta bahasa untuk ciptakan daya tarik bahkan bahasa khas terhadap lirik maupun Katakata dari salah satu personil Tarzan itu selalu terngiang-ngiang di dalam pikiran Bagas sampai sekarang. Bagas sedang duduk gak santai di balkon apartement yang konon menurut Bagas punya view indah kalau sudah sore begini. 77 Sebelum Janur Kuning Melengkung Tapiwaktu itu prinsipku sama dengan kebanyakan pecinta pacar orang "SEBELUM JANUR KUNING MELENGKUNG PANTANG MENYERAH" dan akupun berusaha supaya dia tau kalau aku suka padanya. Tapi apalah daya seorang anak desa yang kuper ini tak sanggup berkata kata. Kami duduk se bangku, setiap hari duduk bareng, bercanda, ngerjain soal bareng, diskusi 4qPNd. Lyrics for Sebelum Janur Kuning Melengkung by V2LASTPertama kali aku Melihat Profil di IG-mu Langsung timbul hasratku tuk berkenalan denganmu Ke-dua kali aku Mencoba untuk DM kamu Sedikit modus, ku minta nomor WhatsApp-mu Ke-tiga kali aku Mulai menghubungi dirimu Tapi tak pernah kau menghiraukan pesanku Ke-empat kali aku Stalking media sosialmu Ku lihat postinganmu berdua dengan pacarmu Awalnya aku patah hati Tapi ku tak menyerah Hoo... Yeah... Dan bisa apa pasanganmu Bila akhirnya yang Tuhan mau kau jodohku Hoowoo... Yeah... Bukan ku ingin memaksamu Tapi bagiku kesempatanku masih ada Sebelum janur kuning melengkung Masih ada harapan untuk dapat memilikimu Awalnya aku patah hati Tapi ku tak menyerah Hoo... Yeah... Dan bisa apa pasanganmu Bila akhirnya yang Tuhan mau kau jodohku Hoowoo... Yeah... Bukan ku ingin memaksamu Tapi bagiku kesempatanku masih ada Hoowoo... Yeah... Dan bisa apa pasanganmu Bila akhirnya yang Tuhan mau kau jodohku Hoowoo... Yeah... Bukan ku ingin memaksamu Tapi bagiku kesempatanku masih ada Sebelum janur kuning melengkung Masih ada harapan Untuk dapat memilikimuWriters Renald Ardianto No translations available Udah kalik. Sikat aja, sih. Selama janur kuning masih belum melengkung mah, semua kemungkinan masih bisa terjadi’ Pernah belum sih kalian mendengar ucapan-ucapan semacam itu dari mulut orang-orang terdekat, tepat ketika kita sedang mencoba untuk memperhatikan atau bertanya perihal seseorang yang menarik perhatian? Errr… Satu kata awalan karena saya menulis ini pukul sebelas malam KAMPRET ANJER! Satu kata setelah awalan karena pasti saya akan membacanya saat berpuasa Astaghfirullah. Hm. Entah kenapa, akhir-akhir ini saya justru sering banget mendengar kalimat semacam itu dari teman-teman saya sendiri. Momen yang terbentuk pun hampir sama, seperti misal ketika saya sedang membidik seorang perempuan yang kelak akan saya usahakan. Pada sesi itu, biasanya saya akan bertanya kepada teman yang mungkin mengenalnya, untuk sekedar tau latar belakang dan bagaimana statusnya. Hal yang paling sering saya dapatkan adalah bahwa si perempuan yang saya bidik ini ternyata sudah memiliki pacar atau sekedar gebetan, yang mana membuat saya memutuskan untuk balik kanan dan yaudah sajalah ya. Nah, saat momen-momen seperti ini nih biasanya teman-teman saya akan berkata persis seperti kalimat yang saya kutip di atas. Hmm, gimana ya? Sebenernya saya sangat paham sih, maksud dari teman-teman saya itu mungkin hanya mencoba memberi dorongan semangat untuk saya agar terus mengejar si perempuan, tanpa peduli apakah si perempuan sudah punya pacar atau belum. Tapi bagi saya yang sudah menginjak angka 24th dan memiliki muka 89th begini, kayaknya kok kurang pantes gimana gitu ya? Saya bukan tipikal orang yang baik-baik banget ya. Pun saya juga tipikal orang yang jahatnya parah nggak karuan. Tapi, saya lebih ke tipikal orang yang sedikit mau untuk menghargai dan bersikap sadar diri saja atas apa yang terjadi. Jika disini masih ada yang ingat perihal kisah cinta dari Salmadena, saya mungkin merupakan salah satu orang yang sedikit berkomentar sinis atas apa yang terjadi dalam hubungan mereka. Seolah ada tiga sisi penilaian yang saya utarakan. Pertama, kenapa anak Amien Rais kala itu bisa-bisanya mendekati Salmadena yang pada saat yang sama sudah memiliki pacar? Kedua, kenapa Salmadena mau merespon dan akhirnya lebih memilih untuk bersama si anak Amien Rais? Ketiga, bagaimana perasaan pacar lama Salmadena kala itu? Semua tentu memiliki alasan atas agenda-agenda apa yang terjadi sebenarnya. Semua pasti juga sudah dijabarkan dalam berbagai berita atau cerita, yang berlatar belakang dari sisi si Salmadena, Anak Amien Rais, atau si Mantan Salmadena. Ya, yasudah ya? Toh, pada akhirnya, ketiga pihak tersebut sudah bahagia juga sekarang. Setelah muncul pemberitaan perihal kisah cinta Salmadena itu, kemudian asumsi-asumsi tentang Selama janur kuning belum melengkung, semua masih bisa terjadi’ itu pun kian mencuat. Orang-orang kian tidak ragu untuk mendekati seseorang yang sudah memiliki pasangan, karena baginya, dia pun memiliki hak yang sama untuk mendapat kesempatan memiliki. Dasarnya sekali lagi hanya satu Selama janur kuning belum melengkung, semua hal masih terjadi. Baik. Semua sah-sah saja. Tapi sayangnya, saya bukan tipikal orang yang seperti itu. Menurut pendapat saya pribadi, selama janur kuning belum melengkung, semua hal memang bisa saja terjadi. Tapi bukan berarti saya punya hak untuk masuk dalam hubungan seseorang, membuat kekacauan di dalam hubungannya, lalu mengambil hati si perempuan dengan muka bangga dong? Eng, saya jelas sangat tidak bisa bertindak semacam itu. Alasannya, kan manusia-manusia yang bisa merebut hati pacar orang itu hanyalah mereka yang berduit dan bermuka tampan saja ya, anjer. Saya mah apaan, lebih mirip seperti sayur kangkung yang belum masak. Bangkai memang. Dalam perjalanan saya menuju angka 24 seperti sekarang ini, saya sudah mengalami banyak hal di dunia percintaan. Saya pernah diduakan, saya pernah ditinggalkan hanya untuk orang ketiga, saya pernah ditikung, saya pernah hampir menikung, saya pernah diabaikan hanya karena ada lelaki lain yang masuk, dan lain sebagainya, dan lain sebagainya. Lantas, semua kisah itu memberikan banyak pelajaran bagi saya perihal bagaimana menuju hubungan percintaan yang benar. Meskipun, ya kadang ada juga yang enggak benarnya. Alhasil, setiap kali ada teman yang tau kalau saya sedang mengincar seseorang yang ternyata sudah punya pacar atau gebetan, kemudian dia menyuruh saya untuk gas terus tanpa peduli masalah pacar atau gebetannya… dipikiran saya yang pertama terbesit adalah Saya nggak pernah bisa ngebayangin gimana rasanya jadi cowoknya sih, kalau tau perempuannya direbut begitu saja’ Setelah itu, pikiran-pikiran saya yang lain pun ikut menyeruak. Nggak mungkin, bangkek, si cewek mau ninggalin cowoknya hanya demi saya’ Sudahlah Feb, mundur saja. Kamu nggak ada apa-apanya dibanding si cowoknya’ Kebanting, Feb. Kebanting. Sebelum kamu sempat menikung, kamu sudah diabaikan mentah-mentah’ MUNDUR ANJER, FEBRI JELEK’ Yha, baiklah. Itu sangat nyata. Saya sangat menyadari bagaimana posisi saya ya. Maka dari itu, setiap kali ada teman-teman saya yang berbicara seenak jidat dengan kalimat Alah, Feb. Janur kuning belum melengkung kalik. Hajar saja. Semua hal masih bisa terjadi.’ Saya hanya bisa tertawa sendiri. Beberapa orang mungkin bisa mendapatkan perempuannya dengan keyakinan yang seperti itu. Tapi, itu bukan saya. Jelas itu bukan saya. Saya memang sangat mengerti bahwa jika janur kuning belum melengkung, semua hal pasti masih bisa terjadi. Tapi, saya hanya akan menunggu momen itu terjadi. Momen dimana akhirnya si perempuan dengan lelakinya secara instan putus di tengah jalan, bukan karena kehadiran saya yang merusak. Si lelaki yang dengan egonya memilih untuk berjalan sendiri. Si perempuan dengan rasa sedih yang hanya bisa menangis dalam sepi. Saat itulah saya mulai berani untuk mencoba mendekat perlahan. Mencoba menemani atas apa-apa yang terjadi. Mencoba memberi ruang untuk sekedar mengusir sepi. Mencoba menjadi teman untuk merundung sunyi. Bagi saya, itu salah satu cara yang tepat dalam mengartikan istilah Selama janur belum melengkung, semua masih bisa terjadi. Jika cara yang saya terapkan hanya indah di awal dan gagal di tengah jalan, ya sepertinya dunia masih belum berakhir dan masih ada banyak perempuan di luar sana yang sendiri. Namun jika pada kenyataannya saya masih tetap saja gagal… Ya yasudah. Wajar sajalah ya. Sepertinya di luar sana memang masih ada banyak perempuan yang sendiri… yang juga tidak ingin ke saya. Bahagia saja. Hahak. Terimakasih.

kata kata sebelum janur kuning melengkung