LIVEDari Masjid Al Muhajirin Wal Anshar Jum'at 25 Ramadhan 1442 / 07.05.2021 Majelis Ramdhan 25 UJIAN KEIMANAN PASTI TERJADI Ustadz Abdullah
bagaimanaengkau bisa mengetahui engkau beriman sampai iman itu dikerjakan? Bersandarlah akan hal itu, Allah sering mengirim ujian kepada kita supaya anugerah kita bisa ditemukan, agar kita bisa yakin bahwa kita memilikinya. Lagipula, itu tidak sekadar ditemukan, pertumbuhan sejati anugerah merupakan hasil dari ujian-ujian yang dikuduskan.
Makahakikat pengutusan Nabi ―alaihish shalaatu was salaam adalah menjadi ujian. Sedangkan adanya ujian jelas membutuhkan sikap sabar dalam menghadapinya. Ujian yang ada dengan diutusnya beliau sebagai rasul ialah dengan bentuk perintah dan larangan. Untuk melaksanakan berbagai kewajiban tentu saja dibutuhkan bekal kesabaran.
Muadzbin Jabal bin Amr bin Aus al-Khazraji, dengan nama julukan "Abu Abdurahman" adalah salah satu sahabat nabi, seorang pemuda Anshar teladan, termasuk golongan Anshar yang pertama masuk Islam dan turut serta dalam baiatul Aqabah dua.Kepandaian dan kepahamannya dalam ilmu agama diakui oleh Rasulullah SAW dan banyak sahabat, Rasulullah SAW menyebutnya sahabat yang mengerti dalam masalah
Mulailahujian yang keras menimpa kaum muslimin dengan berbagai macam bentuknya,akan tetapi Khadijah berdiri kokoh bak sebuah gunung yang tegar kokoh dan kuat. Beliau wujudkan Firman Alloh Ta'ala, yang artinya: "Apakah manusia itu mengira bahwa mereka dibiarkan (saja) mengatakan: 'Kami telah beriman' , sedangkan mereka tidak diuji lagi
Semuamanusia pasti mempunyai ujian masing-masing. Tidak ada manusia yang tidak pernah tidak mendapat ujian dengan mengalami kesusahan dan kesedihan. Setiap ujian pasti Allah timpakan sesuai dengan kadar kemampuan hamba-Nya untuk menanggungnya karena Allah tidak membebankan hamba-Nya di luar kemampuan hamba-Nya. Sakit manghapuskan dosa-dosa kita
3Kgn5. Dalam sejarah perjalanan dakwah Rasulullah dikisahkan betapa beratnya tantangan yang dihadapi oleh Rasulullah dalam menghadapi kemusyrikan kaum kafir di Makkah pada saat itu. Terlebih lagi di kota Makkah Rasulullah SAW dan para sahabat mendapatkan banyak siksaan dan kecaman dari kaum kafir Quraisy yang menganggap bahwa Nabi Muhammad akan mengancam keberadaan sesembahan yang diwariskan oleh nenek moyangnya. Dengan demikian, mereka dengan sekuat tenaga menentang ajaran yang dibawa oleh Rasulullah SAW. Namun Rasulullah tentu tidak pasrah dengan keadaan yang demikian, beliau dengan sabar senantiasa menghadapi kekejaman mereka dengan baik, tanpa adanya pembalasan. Sehingga tak sedikit pula orang-orang pada saat itu terketuk pintu hatinya, dan menyatakan dirinya masuk Islam karena melihat indahnya akhlak yang dimiliki oleh Rasulullah SAW. Tak jarang para sahabat yang memeluk Islam mendapatkan siksaan yang dilakukan oleh kaum kafir dengan sangat kejam. Salah seorang sahabat Rasulullah SAW yang mendapatkan siksaan tersebut adalah seorang perempuan yang merelakan keluarga dan nyawanya untuk tetap menegakkan agama Allah. Bila kita banyak mengetahui sahabat laki-laki yang syahid dimedan perang untuk membela agama Allah, tentu kita juga perlu tahu bahwa terdapat syahidah atau orang yang syahid perempuan dalam Islam. Dan orang perempuan yang syahid pertama kali dalam islam adalah Sumayyah binti Khayyat. Sumayyah binti Khayyat atau juga biasa disebut Sumayyah binti Khabath merupakan salah seorang yang termasuk dalam golongan orang-orang yang memeluk Islam pertama. Beliau merupakan seorang budak dari majikan yang bernama Abu Hudzaifah bin Al-Mughirah Al-Makhzumi. Oleh majikannya tersebut, Sumayyah kemudian dinikahkanoleh tamunya yang berasal dari Yaman yakni Yasir bin Amir, dan dari pernikahan tersebut mereka dikarunia anak yakni Ammar dan Ubaidillah, kemudian Sumayyah dimerdekakan. Ketika Abu Hudzaifah meninggal keluarga Yasir tersebut mendapatkan perlindungan dari Bani Makhzum. Cahaya Islam di Makkah pada saat itu mulai tersebar, dan Ammar yang beranjak dewasa memiliki rasa penasaran mengenai ajaran yang dibawa oleh Rasulullah tersebut. sehingga Ammar mendatangi Rasulullah SAW di rumah Arqam untuk mendengar penjelasan dari Rasulullah mengenai Islam. Dari sini Ammar takjub dengan penjelasan Rasulullah mengenai kebenaran firman Allah SWT, sehingga tanpa ragu Ammar mengucapkan syahadatnya dan secara sah menjadi seorang muslim. Sepulangnya dari rumah Arqam, Ammar menyampaikan kabar keislamannya kepada kedua orangtuanya. Dan hati ayah dan ibunya pun juga merasa terketuk dengan ajaran Islam yang dikabarkan melalui putranya, sehingga keduanya mengikuti jejak putranya untuk berikrar dan menjadi seorang muslim. Keimanan yang dimiliki oleh orang muslim pada saat itu tidak secara terang-terangan diketahui oleh banyak pihak, dan justru menyembunyikan keimanannya. Karena kondisi pada saat itu, adanya ancaman dari kaum kafir Makkah yang menentang ajaran Rasulullah SAW. Namun, akhirnya kaum kafir Makkah pun mengetahui tentang keimanan dari keluarga Sumayyah tersebut, termasuk Bani Makhzum yang selama ini menjadi pelindung mereka. Kaum kafir Quraisy murka dengan ketauhidan yang dimiliki oleh keluarga Sumayyah, sehingga mereka mendatangi rumah keluarga Sumayyah, kemudian menangkapnya dan menyeretnya kehadapan khalayak umum untuk disiksa. Tak berhenti sampai disitu, merekapun juga disiksa diluar kota Makkah sampai mereka mau meninggalkan ajaran Rasulullah SAW. Sumayyah dan keluarganya pun terus-terusan disiksa oleh kafir Quraisy yang dipelopori oleh Abu Jahal. Keluarga Sumayyah ditusuk tombak oleh Abu Jahal dengan bertubi-tubi seraya diseret secara kasar oleh pengikut Abu Jahal. Kemudian mereka berhenti ditanah lapang yang dipenuhi dengan batu bongkah yang besar. Sumayyah, suaminya dan anaknya dibakar dibawah terik matahari padang pasir. Kaki dan tangan mereka diikat dengan erat sehingga tidak dapat bergerak sedikitpun. Abu Jahal dan para pembesar Qurasiy pun tertawa gembira melihat penyiksaan yang mereka lakukan terhadap keluarga Sumayyah. Tentu tak bisa dibayangkan seperti apa pedihnya siksaan yang dirasakan oleh keluarga Sumayyah pada saat itu demi mempertahankan iman dalam hatinya. Meskipun ditimpakan siksaan yang bertubi-tubi namun tidak ada satu kata kejipun yang keluar dari keluarga tersebut, mereka justru mengucapkan kalimat tauhid dan syahadat sebagai bukti keteguhannya dalam agama Rasulullah. Mereka terus disiksa dengan tanpa rasa belas kasihan ketika mereka disuruh untuk meninggalkan agama yang diyakininya dan mereka menolaknya. Sehingga tubuh mereka mengalir darah yang membasahi pasir, dibawah teriknya matahari darah tersebut cepat meresap dan mengering. Kabar mengenai penyiksaan keluarga Sumayyah ini pun terdengar oleh Rasulullah, sehingga beliau dan Abu Bakar bergegas menuju lokasi penyiksaan keluarga Sumayyah. Namun Rasulullah dan rombongan mu’min yang pada saat itu belum memiliki jumlah yang banyak dihalangi oleh orang-orang Quraisy dan tidak dapat melakukan perlawanan yang berarti kepada kaum kafir Quraisy. Siksaan pun belum juga berhenti dilakukan kepada keluarga Sumayyah, suaminya Yasir yang tetap kokoh mempertahankan tauhidnya pun akhirnya menghembuskan napas terakhir setelah Abu Jahal memakaikan baju besi dan meletakkan batu besar diatas tubuh Yasir. Sumayyah pun hancur melihat suaminya yang meninggal dengan cara disiksa seperti itu, namun beliau bahagia karena suaminya tetap teguh mempertahankan Islam hingga napas terakhirnya. Setelah kematian suaminya Sumayyah tetap bersikukuh mempertahankan keimanannya dan menentang permintaan Abu Jahal untuk meninggalkan ajaran Rasulullah. Abu Jahal punsemakin geram hingga ia menusukkan tombak ke arah kemaluan Sumayyah. “Allahu Akbar” itulah kata terakhir Sumayyah sebelum menghembuskan napas terakhirnya dalam tikaman tombak Abu Jahal. Sumayyah dan keluarganya tentu dapat menjadi teladan bagi umat muslim untuk senantiasa mempertahankan keimanannya hingga akhir hayatnya. Syekh Ahmad Khalil Jam’ah menegaskan dalm bukunya Nisa min Ashri An-Nubuwwah bahwa dalam lintasan sejarah Islam tidak dikenal seorang perempuan yang memiliki kesabaran seperti Sumayyah, dengan ketauhidan yang begitu tangguh dan keras. Rasulullah SAW pernah berdo’a untuk keluarga Ysr dan Sumayyah “Wahai keluarga Yasir, bersabarlah. Sesungguhnya tempat kemali kalian adalah surga” HR. Al-Hakim. Dari do’a Rasulullah tersebut mengantarkan keluarga Yasir untuk dapat menahan segala siksaan yang dilakukan oleh Abu Jahal dan kaum kafir Quraisy sehingga berbuah kenikmatan yang tiada tara yang berupa surga jannatun na’im. Dari kisah Sumayyah dan keluarganya kita dapat mengambil hikmah berupa keteguhan iman yang perlu diperjuangkan hingga akhir hayat, meskipun nyawa menjadi taruhannya. Coba kita bayangkan apabila kita berada pada posisi keluarga Sumayyah, apakah kita akan sanggup mempertahankan iman kita dikondisi tersebut? Dengan demikian kita dapat senantiasa belajar untuk meningkatkan keimanan serta mempertahankannya, mengingat perjuangan kita mempertahankan keimanan tentunya tidak sekeras perjuangan yang dilakukan oleh keluarga Sumayyah. Dan kita patut bersyukur diberikan oleh Allah kesempatan berada dikehidupan seperti sekarang ini, dengan senantiasa bertaqawa kepada Allah, dan mempertahankan iman hingga hembusan napas terkahir. Oleh Fabby Aisyatul Mu’minah Az-zuhri Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Maulana Malik Ibrahim Malang
Home Mujahid Profile Sumayyah binti Khubbath Wanita Beriman Pertama yang Gugur Syahid Rabu, 26 Zulqaidah 1444 H / 24 Maret 2010 0930 wib views Kisah perjuangan Sumayyah sungguh indah dan menawan untuk didengar. Kisahnya memiliki pengaruh sangat kuat untuk generasi muslim sesudahnya. Dia menjalani kehidupannya dengan berbagai ujian dan cobaan; mulai dari ujian terkecil hingga yang besar. Sumayyah merampungkan ujian dalam kehidupannya dengan sebuah titel kesuksesan terbesar, yaitu kesyahidan. Dia terdaftar dalam urutan para syuhada yang akan menerima hadiah surga dari Allah dan hidup di sisi-Nya serta diberi rezeki bahwa ketika Islam mulai muncul ke permukaan, Sumayyah yang juga istri seorang syahid bernama Yasir dan ibu seorang syahid bernama Ammar itu segera menyambutnya, sehingga dia termasuk salah satu wanita beriman pada fase pertama kemunculan Islam. Bahkan dapat dikatakan bahwa Sumayyah adalah wanita pertama yang memberikan perlawanan kepada kaum musyrikin demi membela panji Islam. Ibnul Atsir mengatakan, “Dia adalah orang ketujuh dari tujuh orang yang mula-mula masuk Islam. Dia termasuk orang yang menerima siksaan berat demi Allah SWT.”Ibnu Mas’ud berkata, “Orang yang mula-mula membela Islam ada tujuh orang; Rasulullah SAW, Abu Bakar, Bilal, Khabbab, Shuhaib, Ammar, dan Sumayyah.”Di dalam bukunya, Nisaa` min Ashri An-Nubuwwah, Syaikh Ahmad Khalil Jam’ah menegaskan bahwa dalam lintasan sejarah Islam, tidak dikenal seorang wanita yang memiliki kesabaran seperti Sumayyah. “Dia menjadikan kesabaran sebagai sebuah syiarnya,” tulisnya. Ini mengingat, dapat dibayangkan bagaimana keadaan seorang wanita yang sudah tua renta, namun mampu menghadapi siksaan yang begitu berat dari orang-orang kafir. Disebabkan keimanan kepada Allah, dia sanggup menghadapi berbagai kesedihan dan kesulitan. ... Sumayyah tidak seorang diri menghadapi pedihnya siksaan dan getirnya kehidupan. Dia menghadapi siksaan bersama seluruh anggota keluarganya... Sumayyah tidak seorang diri menghadapi pedihnya siksaan dan getirnya kehidupan. Dia menghadapi siksaan bersama seluruh anggota keluarganya. Lecutan cemeti telah menghancurkan tubuh-tubuh mereka. Akan tetapi, keimanan yang kokoh kepada Allah laksana gunung karang yang tidak terpengaruh gelombang dahsyat ataupun angin yang bahwa Sumayyah diserahkan Abu Hudzaifah bin Al-Mughirah kepada keponakannya, Abu Jahal yang fasik. Meski kondisinya sangat renta dan ringkih, namun Sumayyah mampu menghadapi apa yang orang kuat sekalipun tidak mampu menghadapinya. Abu Jahal yang telah dihinakan oleh Allah mengambilnya dengan tujuan memuaskan rasa dengki di dalam hatinya, sekaligus mencabut akidah Islam yang tertanam di dada intimidasi Abu Jahal, Sumayyah memilih diam seribu bahasa dan tidak mengeluarkan sepatah kata pun. Abu Jahal mengolok-oloknya dengan berkata, “Engkau tidak beriman kepada Muhammad, melainkan karena engkau merindukan ketampanannya.” Namun Sumayyah tetap tidak mau berbicara. Dia bertahan dari siksaan dengan rasa bangga. Karena dia merasa jauh lebih mulia daripada Abu Jahal dan para pengikutnya. Dia bangga dengan akidah tauhid yang diyakininya. Dengan tauhid, Sumayyah merasa ringan menghadapi siksaan yang pahit, karena dia yakin berada di jalan Allah. ...Menghadapi intimidasi Abu Jahal, Sumayyah memilih diam seribu bahasa dan tidak mengeluarkan sepatah kata pun. Abu Jahal mengolok-oloknya... Mengenai gambaran betapa beratnya siksaan yang dihadapi mereka, Ibnu Katsir menceritakan, dia menukil dari Ibnu Ishaq yang mengisahkan, “Ketika waktu zuhur tiba, Yasir, ayah, dan ibunya Sumayyah berangkat bersama Bani Makhzum. Mereka menyiksa keluarga Yasir di sekitar Kota Makkah. Rasulullah berlalu di dekat mereka seraya bersabda, “Bersabarlah wahai keluarga Yasir, dijanjikan surga untuk kalian.”Lalu Al-Baihaqi, dengan sanadnya, meriwayatkan dari Jabir bin Abdullah bahwa Rasulukllah berlalu di dekat Ammar dan keluarganya yang sedang menerima siksaan. Kemudian beliau bersabda kepada mereka, “Bergembiralah wahai keluarga Ammar dan Yasir, sesungguhnya telah dijanjikan surga untuk kalian semua.” HR. Al-HakimKetika orang-orang musyrik telah merasa putus asa menghadapi ketabahan dan kesabaran Sumayyah, maka mereka membunuhnya dengan tombak yang dihunjamkan ke arah kemaluannya. Dan Sumayyah pun menjadi syahidah pertama. ... Ketika orang-orang musyrik telah merasa putus asa menghadapi ketabahan dan kesabaran Sumayyah, maka mereka membunuhnya... Kerasnya intimidasi dan dahsyatnya siksaan kaum kafir Quraisy menyebabkan anak dan suaminya juga terbunuh di jalan Allah. Mereka terbunuh sementara keimanan dan keislaman tetap kokoh bercokol di dalam hati Allah meridhai Sumayyah, anaknya, dan suaminya. Semoga mereka mendapatkan ampunan dari Allah, sebagai yang disabdakan Rasulullah, “Ya Allah, ampunilah keluarga Yasir, dan Engkau telah melakukan itu.” [ganna pryadha/ Sebarkan informasi ini, semoga menjadi amal sholeh kita! +Pasang iklan Gamis Syari Murah Terbaru Original FREE ONGKIR. Belanja Gamis syari dan jilbab terbaru via online tanpa khawatir ongkos kirim. Siap kirim seluruh Indonesia. Model kekinian, warna beragam. Adem dan nyaman dipakai. Cari Obat Herbal Murah & Berkualitas? Di sini Melayani grosir & eceran herbal dari berbagai produsen dengan > jenis produk yang kami distribusikan dengan diskon sd 60% Hub 0857-1024-0471 Dicari, Reseller & Dropshipper Tas Online Mau penghasilan tambahan? Yuk jadi reseller tas TBMR. Tanpa modal, bisa dikerjakan siapa saja dari rumah atau di waktu senggang. Daftar sekarang dan dapatkan diskon khusus reseller NABAWI HERBA Suplier dan Distributor Aneka Obat Herbal & Pengobatan Islami. Melayani Eceran & Grosir Minimal 350,000 dengan diskon 60%. Pembelian bisa campur produk > jenis produk.
Saat memeluk Islam, tiada yang lebih tinggi cita-citanya selain diwafatkan di jalan Allah SWT. Balasan orang yang syahid saat membela agama Allah begitu tinggi. Salah satunya masuk surga tanpa hisab. Begitu luar biasanya pahala syahid, tentu lebih utama bagi syahidah pertama yang membela agama Islam. Gelar itu disematkan kepada sosok nan teguh, Sumayyah Binti Khabath. Ia termasuk salah seorang dari tujuh wanita pertama yang memeluk Islam. Namun sebagaimana pemeluk-pemeluk awal Islam, keislaman Sumayyah tidak pernah mudah. Ia menjadi langganan siksaan kaum kafir Quraisy hingga menjemput cita-citanya untuk bertemu Rabb-nya. Sumayyah bukanlah lahir dari kalangan bangsawan. Ia adalah sahaya dari Abu Hudzaifah bin al-Mughirah. Suaminya bernama Yasir bin Amir. Yasir dan Sumayyah merupakan dua sejoli yang menjemput takdir syahid di bawah siksaan Abu Jahal. Yasir bukanlah penduduk asli Makkah. Yasir dan saudaranya merupakan pedagang dari Yaman. Ia datang ke Makkah untuk mencari saudaranya yang lain. Setelah urusan selesai, saudaranya kembali pulang namun tidak dengan Yasir. Ia merasa menemukan kenyamanan di Makkah. Ia memilih menetap di sana. Sumayyah bukanlah lahir dari kalangan bangsawan. Ia adalah sahaya dari Abu Hudzaifah bin al-Mughirah. Sebagai pendatang, ia tak memiliki sekutu dan perlindungan. Kedudukannya sangat lemah dalam sistem masyarakat jahiliyah. Ia pun menjalin persaudaraan dengan Abu Hudzaifah. Abu Hudzaifah juga akhirnya menikahkan Sumayyah dengan Yasir. Pernikahan keduanya melahirkan Ammar dan Abdullah. Setelah melahirkan Ammar, Hudzaifah memerdekaan Sumayyah. Tak lama kemudian, Hudzaifah meninggal. Akibatnya, keluarga Yasir termasuk keluarga yang tak memiliki perlindungan. Kemudian, Bani Makhzum mengambil alih perlindungan keluarga Yasir dan Sumayyah. Saat Islam datang menerangi dunia lewat diri Nabi Muhammad SAW, Ammar yang beranjak dewasa tak kuasa untuk menolak Islam. Ia begitu tenteram dengan ajaran baru ini. Ia pun mengajak kedua orang tuanya untuk memeluk Islam. Tanpa berpikir panjang, Yasir dan Sumayyah langsung berikrar tiada sesembahan selain Allah dan Muhammad SAW adalah utusan Allah. Keislaman keluarga Yasir ini diketahui pembesar kafir Quraisy, termasuk Bani Makhzum yang melindungi mereka. Karena kedudukan keluarga Yasir yang lemah dalam struktur masyarakat di Makkah, mereka pun menjadi sasaran berbagai jenis siksaan yang mengerikan. Saat itu, Islam belum kuat. Sehingga banyak sahabat atau sahaya yang disiksa majikannya karena memeluk Islam. Saat itu, Islam belum kuat. Sehingga banyak sahabat atau sahaya yang disiksa majikannya karena memeluk Islam. Rasulullah SAW pun tak dapat berbuat banyak. Yasir, Sumayyah, dan Ammar diseret dari jalanan dan dipanggang di bawah terik mentari di padang pasir. Mereka dipaksa untuk meninggalkan keyakinan tauhid dan kembali ke ajaran nenek moyang. Namun, keluarga Yasir tetap teguh dalam pendirian mereka. Baju besi pun dipakaikan ke keluarga yang teguh hati ini. Panas matahari yang menyengat semakin membara dengan baju besi. Tak berhenti di situ, cambuk dan kerikil panas terus mendera mereka. Namun, hanya teriakan tauhid yang meluncur dari bibir Sumayyah yang lemah. Mendengar berbagai siksaan yang mendera keluarga Sumayyah, Rasulullah SAW hanya sanggup berdoa, “Bersabarlah keluarga Yasir. Sesungguhnya balasan kalian adalah surga.” Janji Rasulullah SAW inilah yang semakin meneguhkan keimanan keluarga Yasir. Hingga di tengah berbagai siksaan, Sumayyah menantang Abu Jahal yang mulai putus asa menyiksa mereka. Mendapat tantangan dari seorang wanita maka jatuhlah wibawa seorang Abu Jahal. Tanpa ampun ia mengambil tombak dan menyasar tubuh mulia Sumayyah. Hingga di tengah berbagai siksaan, Sumayyah menantang Abu Jahal yang mulai putus asa menyiksa mereka. Hingga jasad dan ruh Sumayyah berpisah, namun untuk hidup abadi menjemput janji Rasulullah di surga. Sumayyah menjadi wanita pertama yang syahid di jalan Allah. Tak lama kemudian suaminya, Yasir, menyusul menghadap Rabb semesta alam. Mereka berdua syahid pada tahun ketujuh sebelum hijrah. Yasir dan Sumayyah digambarkan sebagai orang-orang yang dijanjikan Allah kehidupan yang lebih baik. Sesuai dengan surah an-Nahl ayat 41, “Dan orang-orang yang berhijrah karena Allah sesudah mereka dianiaya, pasti Kami akan memberikan tempat yang bagus kepada mereka di dunia. Dan pahala di akhirat pasti lebih besar, sekiranya mereka mengetahui.” Karena peristiwa ini juga, kedudukan Ammar di kalangan sahabat menjadi mulia. Ammar pun selalu mengikuti perjuangan Rasulullah dalam setiap perang melawan kaum kafir. Ia digambarkan Rasulullah SAW dengan ungkapan, “Putra Sumayyah itu tidak pernah dihadapkan pada dua perkara, kecuali ia memilih yang paling baik di antara keduanya.” Dan, sewaktu terjadi selisih paham antara Khalid bin Walid dan Ammar, Rasulullah SAW bersabda, “Siapa yang memusuhi Ammar maka ia akan dimusuhi Allah. Dan siapa yang membenci Ammar maka ia akan dibenci Allah!” Maka tak ada pilihan bagi Khalid bin Walid, yang digelari pedang Allah yang terhunus itu, selain segera mendatangi Ammar untuk mengakui kekhilafannya dan meminta maaf. Ammar wafat pada usia 93 tahun saat Perang Shiffin. Disadur dari artikel di Harian Republika Edisi 13 Juni 2014
Muslimahdaily - Sumayyah binti Khubbath. Sosok perempuan yang luar biasa tegar, sabar, memiliki keimanan, dan keyakinan yang kuat mempertahankan akidah Islam. Bersama suaminya, Yasir bin Amir bin Malik, dan anaknya, Ammar bin Yasir, menghadapi cercaan dan siksaan dahsyat dari kaum kafir. Summayah adalah budak yang dimerdekakan oleh Abu Hudzaifah bin Al-Mughirah. Ia menikah dengan sahabat majikannya, Yasir bin Amir bin Malik, pria asal Yaman. Pernikahan mereka dikaruniai seorang anak, Ammar. Sumayyah tidak pernah dikenal di Makkah sebelum kedatangan Islam. Ia tak lebih dari perempuan besar dengan postur besar, usianya juga sudah tak muda lagi. Namun semangatnya serta keikhlasan jiwanya dalam menegakkan agama Allah tak pernah goyah sedikitpun. Sumayyah termasuk tujuh orang di golongan pertama masuk Islam bersama suami dan anaknya. Diriwayatkan oleh Adz-Dzahabi di Siyar A’lam An-Nubala’ dari Abdullah bin Mas’ud, “Yang pertama kali menampakkan keislamannya secara terang-terangan ada tujuh orang, selain Rasulullah SAW, yaitu Abu Bakar, Yasir bin Malik, Ammar bin Yasir, Sumayyah, Shuhaib, Bilal, dan Al-Miqdad.” Ibnul Atsir mengatakan, “Dia adalah orang ketujuh dari tujuh orang yang mula-mula masuk Islam. Dia termasuk orang yang menerima siksaan berat demi Allah SWT.” Di dalam bukunya, Nisaa` min Ashri An-Nubuwwah, Syaikh Ahmad Khalil Jam’ah menegaskan bahwa dalam lintasan sejarah Islam, tidak dikenal seorang wanita yang memiliki kesabaran seperti Sumayyah. Dia menjadikan kesabaran sebagai sebuah syiarnya,” tulisnya. Ini mengingat, dapat dibayangkan bagaimana keadaan seorang wanita yang sudah tua renta, namun mampu menghadapi siksaan yang begitu berat dari orang-orang kafir. Disebabkan keimanan kepada Allah, dia sanggup menghadapi berbagai kesedihan dan kesulitan. Sumayyah tidak seorang diri menghadapi pedihnya siksaan dan getirnya kehidupan. Dia menghadapi siksaan bersama seluruh anggota keluarganya. Dikisahkan bahwa Sumayyah diserahkan Abu Hudzaifah bin Al-Mughirah kepada keponakannya, Abu Jahal yang fasik. Meski kondisinya sangat renta dan ringkih, namun Sumayyah mampu menghadapi apa yang orang kuat sekalipun tidak mampu menghadapinya. Abu Jahal yang telah dihinakan oleh Allah mengambilnya dengan tujuan memuaskan rasa dengki di dalam hatinya, sekaligus mencabut akidah Islam yang tertanam di dada Sumayyah. Diriwayatkan, orang-orang kafir Quraisy murka terhadap Sumayyah dan keluarganya akibat keteguhan iman mereka. Yasir disiksa hingga wafat mengenaskan, Sumayyah bergeming. Keimanannya semakin kuat. Tiap siksaan yang dideritanya, ia tetap kuat dalam keimanan, “Rabb kami adalah Allah.” Melihat penyiksaan itu, Rasulullah bersabda, “Sabarlah wahai keluarga Yasir. Sesungguhnya tempat yang dijanjikan kepada kalian adalah surga.” Sumayyah dengan ikhlas menjawab, “Sesungguhnya aku telah melihatnya surga dengan jelas, wahai Rasulullah.” Menghadapi intimidasi Abu Jahal, Sumayyah memilih diam seribu bahasa dan tidak mengeluarkan sepatah kata pun. Abu Jahal mengolok-oloknya dengan berkata, “Engkau tidak beriman kepada Muhammad, melainkan karena engkau merindukan ketampanannya.” Namun Sumayyah tetap tidak mau berbicara. Dia bertahan dari siksaan dengan rasa bangga, Karena dia merasa jauh lebih mulia daripada Abu Jahal dan para pengikutnya. Dia bangga dengan akidah tauhid yang diyakininya. Dengan tauhid, Sumayyah merasa ringan menghadapi siksaan yang pahit, karena dia yakin berada di jalan Allah. Rasulullah juga menghormati sosok Sumayyah. Beliau sering menyebut namanya dengan keutamaan dan kebaikan. Doa juga pernah terlontar dari Rasulullah SAW untuk keluarga Sumayyah. Ammar mengadu siksaan pedih yang dialami kedua orang tua serta dirinya sendiri. Ia berkata, “Wahai Rasulullah, kami mendapat siksaan yang sangat keras.” Rasulullah SAW juga bersabda, “Bersabarlah, wahai Abul Yaqzhan julukan lain bagi Ammar. Ya Allah, janganlah Engkau siksa seorang pun dari keluarga Yasir dengan api neraka.” Kala Perang Badar, Rasulullah menyampaikan kabar gembira bagi orang baik yang mendapat kebaikan. Hal ini merupakan sapaan untuk Ammar anak Sumayyah karena Rasulullah SAW pernah bersabda kepadanya, “Selamat datang wahai orang baik yang mendapat kebaikan.” Di dalamnya disebutkan juga nama Sumayyah. Peristiwa ini dikisahkan ketika Abu Jahal terbunuh di perang tersebut. Ketika itu, Rasulullah mengabarkan kepada Ammar dengan berkata, “Allah telah membunuh orang yang membunuh ibumu.” Penghormatan ini tak lain karena kegigihan Sumayyah sekeluarga meneguhkan Islam. Saat sejumlah tokoh, termasuk Rasulullah, mendapat perlindungan dari pamannya, Abu Thalib, dari serangan Quraisy, Sumayyah tidak mendapat perlindungan dari siapa pun. Mereka berjuang sendiri menanggung segala kekejaman yang dilakukan Abu Jahal. Penghormatan Rasulullah SAW terhadap keluarga Yasir luar biasa. Kepada anaknya, Ammar, Rasulullah SAW memanggil dengan sebutan Ibnu Sumayyah. Panggilan yang diberkahi ini sebagai penghormatan terhadap sahabiyah Sumayyah-Red yang sangat sabar dan teguh menjaga keimanannya. Abdullah bin Mas’ud berkata, “Aku pernah mendengar Rasulullah SAW bersabda, Jika manusia saling berselisih maka Ibnu Sumayyah berada pada kebenaran’.” Mengenai gambaran betapa beratnya siksaan yang dihadapi Sumayyah dan keluarganya, Ibnu Katsir menceritakan, dari Ibnu Ishaq yang mengisahkan, “Ketika waktu zuhur tiba, Yasir, ayah, dan ibunya Sumayyah berangkat bersama Bani Makhzum. Mereka menyiksa keluarga Yasir di sekitar Kota Makkah. Rasulullah berlalu di dekat mereka seraya bersabda, “Bersabarlah wahai keluarga Yasir, dijanjikan surga untuk kalian.” Lalu Al-Baihaqi, dengan sanadnya, meriwayatkan dari Jabir bin Abdullah bahwa Rasulullah berlalu di dekat Ammar dan keluarganya yang sedang menerima siksaan. Kemudian beliau bersabda kepada mereka, “Bergembiralah wahai keluarga Ammar dan Yasir, sesungguhnya telah dijanjikan surga untuk kalian semua.” HR. Al-Hakim Ketika orang-orang musyrik telah merasa putus asa menghadapi ketabahan dan kesabaran Sumayyah, maka mereka membunuhnya dengan tombak yang dihunjamkan ke tubuhnya. Dan Sumayyah pun menjadi syahidah pertama. Kerasnya intimidasi dan dahsyatnya siksaan kaum kafir Quraisy menyebabkan anak dan suaminya juga terbunuh di jalan Allah. Mereka terbunuh sementara keimanan dan keislaman tetap kokoh di dalam hati mereka. Semoga Allah meridhai Sumayyah beserta keluarganya yang tetap teguh dalam menjaga keimanan hingga ajal menjemputnya. Semoga mereka mendapatkan ampunan dari Allah, sebagaimana yang disabdakan Rasulullah, “Ya Allah, ampunilah keluarga Yasir, dan Engkau telah melakukan itu.” Itulah Sumayyah, mujahidah yang syahid di jalan Allah dan meninggalkan warisan berupa kesabaran, keikhlasan dalam menjalankan agama Allah dan mengajarkan kepada setiap umat muslim untuk selalu tegar saat menghadapi cobaan dan ujian dari Allah.
Ilustrasi. Sahabat wanita ini bernama Sumayyah binti Khabath. Ibu kandung dari Ammar, yang merupakan Istri dari Yasir. Ia merupakan maula budak Hudzaifah bin Al-Mughirah yang telah dibebaskan. Ia merupakan orang yang ketujuh di antara pertama kali yang masuk Islam. Yasir sendiri merukapan sekutu Hudzaifah bin Al-Mughirah. Dinikahkanlah Yasir dengan Sumayyah hingga melahirkan anak yang bernama Ammar. Setelah itu dimerdekakan. Ketika Sumayyah mendengar tentang Islam dari anaknya, hatinya tak kuasa untuk segera menerima agama baru yang baru ia dengar. Ia merasakan bahwa yang disampaikan anaknya merupakan keselamatan bagi keluarganya. Tumbuhlah keimanan di hatinya. Semakin hari keimanan itu semakin kuat bagaikan pohon yang akarnya menembus ke dalam bumi dan batangnya menjulang ke langit. Ketika keimanan sudah merasuk ke dalam hatinya, ia betul-betul menindaklanjutinya dengan pembenaran, pengikraran segaligus pengamalan. Semudah itu kah? Tentu saja tidak. Untuk mempertahankan keimanan model demikian, ia harus tabah dan tegar ketika keimanannya diuji walau harus kehilangan nyawa. Al-Qur`an sendiri menyatakan “Apakah manusia mengira dibiarkan mengatakan kami telah beriman, sedang mereka belum diuji.” QS. Al-`Ankabut [29] 2]. Keimanannya benar-benar teruji ketika ia beserta suaminya, Yasir tetap tegar dan sabar sewaktu disiksa dengan sedemikian kejamnya oleh Abu Jahal Amru bin Hisyam. Keimanan yang tumbuh dari dalam hatinya benar-benar bukan saja diikrarkan tapi juga dikawinkan dengan anggota tubuhnya. Sampai pada akhirnya, Abu Jahal menikam kemaluannya dengan tombak, hingga ia meninggal meraih medali syahid’ wanita muslim pertama. Sewaktu Rasulullah melihat keluarga Yasir disiksa sedemikian rupa Rasulullah berkomentar “Kesabaran untuk keluarga Yasir, sesungguhnya kalian dijanjikan surga.” Ya Allah…Ketegaran dan kesabarannya menjadikannya sebagai wanita yang pertama kali syahid. Bukan sekadar mendapatkan kemuliaan sebagai wanita yang termasuk pertama kali masuk Islam, ia juga menjadi wanita yang pertama kali syahi berjuang di jalan Allah. Mungkin ia tak berambisi mencari itu. Keikhlasan dan ketulusan imanlah yang membuatnya dianugerahkan kenikmatan yang begitu besar itu berupa kesyahidan. Iman yang benar membuat empunya semakin tumbuh subur dengan senantiasa mengejawantahkan keimanannya dengan amalan nyata. Keimanan bukanlah sekadar kata-kata indah yang menghiasi bibir, akan tetapi merupakan tindak lanjut dari komitmen hati, lisan yang diaktualisasikan dengan perbuatan. Pantaslah jika Sumayyah mendapat kemuliaan sebesar ini. Siapakah diantara kita yang mau meneladaninya? Aza
keluarga sumayyah mendapat ujian keimanan berupa